Kesibukan Di Welding school and Terabaikan Project Lapangan

 Saya semakin sibuk di welding scholl. Hal itu terjadi karena pola berpikirnya seperti ini:

Karena kualiti di lapangan semakin buruk, disaat itulah aturan untuk memasukkan welder diperketat.

Karena aturan meloloskan welder diperketat, disaat itulah pekerjaan atau produksi semakin lambat.

Karena produksi semakin melambat, disaat itulah perusahaan berusaha menambahkan anggota welder.

Tepat disaat itulah saya semakin sibuk di welding school, mengamati dan sekaligus menjadi pengawas orang-orang yang test welder.

Alasan saya sibuk di weldings school disebabkan oleh:

Semakin banyak yang test, semakin banyak yang perlu divisual.

Semakin ketat class meloloskan welder, semakin teliti saya memberi visual.

Saya visual tidak langsung mengatakan lolos, perlu diukur dan dideteksi defect-defectnya.

Semakin aturan itu ketat, seleksi semakin ketat, karena kualitas di lapangan nilainya buruk –saya tidak tahu bagaimana perbandingan pada project yang lain kecuali disini; untuk sesuatu yang dikatakan kualiti buruk—dampaknya pekerja welder kekurangan, akibatnya produksi terhambat; disaat itulah orang-orang produksi gencar menambahkan anggota. Tepat disaat itulah welding school menjadi sorotan.



Welding school menjadi sorotan orang-orang

Beberapa waktu ini, welding school menjadi sorotan dari perusahaan. Buktinya, orang-orang yang sebelumnya mengabaikan, kini mulai berdatangan ke welding school, sperti petinggi sub-contraktor, Threeparty hingga supervisor production mendatangi welding school.  Welding school mulai diperbarui, mulai dari listrik hingga peralatan untuk mengelas. Tidak tanggung-tanggung, las-lasan baru didatangkan di welding school. Bahkan kemarin ruang welding school diberi exhaust (penyedot ruangan) di pasang. Bahkan, hal terakhir yang saya lihat, ada satu container bersinggah di sekitaran welding school. Mari diurai satu persatu.

Pertama, para petinggi subcontractor dan main contractor mulai melihat proses di welding school, mereka melihat seperti bagaimana class menilai dan juga aktivitas proses orang-orang sedang test di welding scholl. Bahkan Threeparty yang sebelumnya tidak tahu-menahu, kini pun mengecek dan ingin mendapatkan hasil. Tepatnya ingin tahu. Buset. Mereka ingin menyaksikan bagaimana toleransinya, bagaimana hasil las-lasan; dan kenapa banyak yang tes, banyak yang reject. Ternyata benar, banyak para welder yang memang tidak layak dan pengelasan mereka buruk sehingga layak direjectkan. mereka tidak mau mendengar yang katanya ketat, katanya ketat. Sekali dua kali, petinggi itu, ikut brefing pagi—ya: tidak ketat amat-amat aturannya. tidak seperti yang orang katakan seperti keketatan itu. Mereka mulai melihat dari missal, 20 orang test, yang selesai dan sampai di meja, paling 10 atau 8 orang. Mereka mulai melihat itu.

Kedua, mereka mulai menyadari banyak kekurangan yang ada di welding school, seperti mesin yang lama, dan stop kontak yang kurang untuk mendukung calon welder baru. Dari itulah mereka mulai memperbaiki mesin dan memperbaiki stop-kontak, tools untuk proses pelaksaannya, tepatnya mau melihat rumah di welding scholl: terlihatlah kekurangannya. Rungan utama di welding school ada 3 ruangan, yang kalau diisi semua, serba kurang seperti alat-alatnya; hari ini dipersiapkan supaya seluruh ruangan bisa dipakai dan digunakan. Disaat inilah orang-orang welding school sibuk prepare perihal tools. Karena akan terjadi tes besar-besaran (diperbanyak orang-orang yang tes), mentoknya seluruh ruangan dipenuhkan.

Ketiga, ex-haust dipasang, karena memang ruangan itu panas dan pengap. Ini sesungguhnya sudah diissukan sejak lama, tapi baru bulan ini terlaksana, tepatnya kemarin. Hasilnya, lumayan. Mengurangi tingkat kepanasan di welding schooll.

Keempat, semakin banyak orang yang melihat, semakin banyak orang mendeksi perihal proses diwelding school; komentar-komentar pun keluar, seperti masak tidak ada traning welding. Mungkin container yang ada di workshop itu (ada container stand-by di workshop, dekat welding school) dijadikan ruang untuk: training welder; untuk pelaksaannya saya kurang tahu, siapa yang mengajari dan siapa yang menjadi penangung jawab, tentu saja orang-orang welding-engginer, pastinya melibatkan QC. Entahlah…

Kelima, mulai ditambahkan orang-orang yang menjaga di welding school: hari kemarin, sudah dua hari, ketambahan 1 foreman welder membantu menjaga welding scholl. Sebelumnya ada 3 personel di welding school. Mereka adalah orang-orang yang bertugas di welding school, seperti mempersiapkan alat dan menuliskan nama-nama juga control orang-orang yang tes. Sebelumnya minim terlibat orang QC. Baru sayalah yang terlibat banyak di welding school, alasan saya terlibat banyak karena satu: ada klas dan pertanyaan-pertanyaan dari class yang membuat saya terlibat banyak pada proses test welder ini. Tidak sekedar memberi visual, melainkan menjadi pengawas di welding school. Apalagi durasi waktu yang tidak menentu, menjadikan saya harus stand-by menunggu kedatangannya. Apakah sekedar stand-by? Awalnya begitu. Itu terjadi karena saya kurang tahu peran saya sesungguhnya; kisi-kisinya sesimpel, memvisual, awalnya. Tapi sejak saya stand-by, saya jadi mengamati situasi dan kondisi. Yang awalnya saya banyak diam, lama kelamaan, lidah saya pun mulai berkata. Berkata perihal proses welding school. Tepat disaat inilah saya semakin memahami perihal WPS, Gap, posisi, defect, standar code, dan pekerja-pekerja itu sendiri. Saya mulai mendengar letupan para penjaga itu, yang mengeluh perihal pelaksaan, dan saya dapati bahwa di sini, minim peraturan, bahkan tidak ada peraturan yang jelas perihal tes.

Bersama jalannya waktu, saya semakin mempunyai aturan, saya mulai berbicara seperti membuat aturan main. Mulai dari waktu, memberi arahan, memberi ketegasan, dan terakhir saya cek root dari mereka. Root yang buruk, reject. No comprom, kecuali yang layak dikompromi, yakni continue mereka mewelding, barulah bisa dikomrom, yang tidak bisa, tidak lolos. Memberitahu kepada anggota mana yang boleh, mana yang tidak boleh. Saya membuat aturan, itu terjadi karena sikon.

Bersamaan dengan itu, Class sering datang, saya merasa terjebak di welding school, yakni menemani class; dulu, mereka memang mencari Welding Engginer sebagai pelaksana tes, tapi sejak saya ada, dia selalu mencari saya, selalu. Ketika berbicara, dia mengobrol dengan saya, “Mana QC? Mana?” hal yang tidak mengenakan kalau saya di lapangan, lalu dia datang, terkejutlah saya. “Mana QC? Mana?” semakin dia datang, semakin waktu saya lama di welding school. Semakin saya lama di welding scholl, semakin saya jauh sesuatu yang ingin saya pahami di lapangan. Tentu saya akan sangat kelelahan bila bolak-balik dari welding school dan lalu ke lapangan.

Kesibukan saya di Welding Schooll

Sudah dua atau tiga hari ini saya menerapkan cek root. Hari ini saya menerapkan root fail,fail, kecuali yang layak untuk dikomprom (Sekali lagi, yang layak dikomprom adalah kontinuetas weldingan root atau sedikit saja yang defect, seperti incomplete penetration, atau sedikit yang defect). Hal ini, ternyata sangat menyibukkan saya. Saya semakin sibuk di welding school, cek sana, cek sini. Mendata juga orang-orang yang hadir. Ini terjadi karena system kami belum sempurna. Nah system kami atau aturan kami belum sempurna, sehingga masih kalang-kabut membuat system yang baru di welding school. Saya sibuk, juga anggota kami yang sibuk. Seperti mandor, yang sibuk cek sana, cek sini. Anggota yang angkat-angkat barang, serta permintaan orang-orang test.

Bila sebelumnya yang tes tidak banyak-banyak amat, sekarang yang tes banyak. Maka kesibukan semakin banyak, seperti permintaan inilah, itulah. Gerinda rusaklah, kacalah, mesin erorlah, tanya alat inilah, itulah. Sibuk sekali pokoknya hari-hari di welding school, apalagi saat pagi hari. Super sibuk; sibuk tools. Bahkan orang yang baru itu, si foreman itu, merasa keberatan bekerja di welding school, padahal baru dua hari. Hahaha karena dia diminta ini dan itu, itu dan ini. Tanya ini dan itu. Capek, katanya. Saya pun kerap jadi sasaran tempat bertanya, karena memang saya yang mengawasi mereka. Sementara itu, anggota yang lain juga sibuk, seperti angkat material atau mempersiapkan coupon. Angkat material yang akan di X-Ray atau menurukan, atau motong-motong material untuk persiapan seperti support material. Semakin banyak orang, saya pun semakin sibuk, karena semakin kerap class datang. Bahkan seakan, saya bekerja minim istirahat, buset memang. Jadi dari jam 8 kurang sampai setengah dua belas, berdiri melulu dan itu pun waktu terasa cepat berlalu. Halahem. Merasa sibuk sekali saya. Tapi memang begitulah yang terjadi, apalagi saat saya menerapkan cek root, seperti hari ini: ke sana kemari cek root, ditambah lagi, konfirmasi absensi yang belum konkrit. Tentu saja, karena system saya sendiri belum sempurna, jadi masih kalang kabut.

Sehabis makan siang, saya Kembali lagi ke welding school; saya baru bisa inspeksi visual yang kemarin di test. Karena banyak yang berkunjung, saya berusaha memberikan keterangan apa-apa yang didefectkan, saya ukur ketinggian capingnya, saya beri keterangan. Saya beri keterangan defect-defectnya; eh Class datang lagi. Tidak langsung memeriksa visual, melainkan cek lokasi kerja. Control lokasi kerja. Sampai sore juga menemani class.

Terabaikan Project Lapangan

Semakin saya sibuk di welding school, dampaknya, terabaikan project lapangan. Bahkan saya kurang jelas perihal yang dilakukan pak lubis, juga rekan saya pak muhtadi. Syukurnya, saya input report dari mereka berdua—syukur ini adalah penekanan yang lain dan penambahan ilmu yang lain--; dari input report saya bisa menerka kira-kira (masih tahap kira-kira) apa yang mereka kerjakan. Otak saya mulai dibayangi imajenasi terhadap apa yang mereka kerjakan. Saat input, sesekali saya liat drawing, saya juga lihat list angka-angka itu. Otak saya mulai bermain imajenasi (menggambarkan sesuatu yang ada dilapangan) melalui data-data itu. Angka-angka dan garis-garis itu perlahan mempunyai pola di dalam kepala saya—saya pikir semua orang yang bekerja disini, saat melihat drawing dan menginput data mereka membayangkan realita dari data-data itu--; mulai terbiasa. Ketika mengatakan joint itu, pikirannya sudah tergambar sambungan tersebut. Belum sempurna. Tapi semakin terbiasa. Terlebih lagi aktualnya waktu saya lebih banyak di welding school dan mengurusi orang-orang yang test itu. Di awal brefing memberi arahan—dan pada saat memberi arahan itu, pikiran saya mulai mengimajansikan material—beginilah hari-hariku sekarang. Karena sibuk di welding scholl, tentu saja lapangan terabaikan.

Orang-orang yang konsentrasi di lapangan bisa saja kalau sore itu mereka lenggang. Apalagi sesudah release, atau sesudah visual welding, mereka hampir selesai; paling mentok membuat report. Sementara saya, merangkap dua posisi—sebenarnya satu, di welding school kesibukan utamanya; di workshop atau selter adalah pendukung untuk isian report—di welding scholl dan bayangan untuk ke selter. Bayangan untuk ke selter atau proses deck sesungguhnya adalah Upaya agar saya bisa lebih cepat menjadi orang sebagai qc tulen, bukan sebagai pengawas welder tes dengan kemampuan visual belaka (walau pada faktualnya, dengan terbiasa melihat visual secara komplit dan sempurna, akhirnya saat kelapangan, saya melihat banyak kali weldingan yang jauh dari komplit dan sempurna. Saya semakin mengerti perbedaannya. Saat ini saya merayakan bahwa saya semakin bisa untuk visual). Perangkapan ini, di teman kami, saya melihat adalah Pak Tarom; selain tugas lapangan, dia juga mereview drawing. Mereview drawing itu mencocokkan tabel-tabel angka. Jadi, kalau siapa saja dekat dengan pak tarom, pastilah akan mendengar ia mengelumitkan angka demi angka dan abjad secara lirih. Atau komat-kamit mulutnya dibibirnya, lirih. Dan setiap hari dia melakukan itu. Dan yang satunya, ditugaskan untuk membuat report dan urusan data.

Selain itu, mereka focus pada tugas yang ada di lapangan: contoh, teman yang lain, Si Waldi, dia focus di tubular. Hanya itu. Yang lain, di process deck dan yang satunya tukang menginput data; jadi hari-hari lebih focus pada review dan input data, sementara rekannya sibuk ke lapangan.

Dan nah, rekan saya ini, Pak Lubis ini, saya tahu dia belum bisa focus pada process deck, karena ia disebut-sebut juga pada node juga. Akhirnya, pak lubis juga merangkap juga. Haha hingga pada akhirnya seluruh team kami merangkap pekerjan semua; si anang juga merangkap, pembuat document juga ke lapangangan juga croscek NDT.

Saya merangkap dibayangi lapangan input data. Si anang merangkap croscek NDT. Pak Tarom review drawing. Reki ke lapangan dan tangan kanannya pak tarom. Pak Nikson focus lapangan yang sana-sini, dan kerap memarahi QC subcon perihal kekeliruan yang contiue. Pak Getra sibuk dengan data yang tidak kelar-kelar tenangnya. Pak lubis yang sibuk di lapangan, sekaligus menumpuk review reportnya. Serta si waldi yang kini bajunya kerap kotor dan sibuk lintas workshop. Dan semua itu, kalau duduk santai; saling cerita satu sama lain dan hahahuha yang sebenarnya punya kesibukan masing-masing.

Mungkin saat ini saya belum bisa focus di lapangan, atau bahkan minim sekali ke lapangan kecuali monoton di welding school dan PR Input data. Melalui data-data itu, saya perlahan mempunyai cara lihat visual bagaimana di lapangan, bila kurang puas, sesekali saya akan cek di lapangan. Besok saya akan menerapkan bagaimana mereka akan memanggil saya: kalau sudah siap semua, saya akan cek root mereka. Saya akan meminta si mandor untuk menghubungi saya. Lagi, saya belum punya aturan yang valid di welding school yang itu memudahkan Langkah gerak saya, supaya saya tidak kerepotan di lapangan. Dan yang agak susah memang kedatangan class yang tidak menentu. Namun perlahan, saya mulai menetapkan keputusan-keputusan yang membuat itu semakin lebih baik. Lebih baik lagi.

Saya memang beberapa hari merasa terlelahkan, ya belajar, mereview, sana-sini, tapi ya menikmati. Belum lagi berbagi waktu dengan istri. Halahem. Seakan waktu cepat berlalu. Ditambah pula belajar untuk Upaya mengambil 3.1. yang itu polanya, mendengarkan soal pembahasan 3.1. ternyata, mendengarkan sekaligus mencatat soal 3.1, itu sangat membantu untuk di lapangan. Sangat membantu untuk memahami menjadi welding inspector. Terlebih lagi saya di welding school, ilmu itu menumpuk-tumpuk, dan perlu diurai.  Apa itu TIG? Ap aitu GTAW? Bagaimana itu SMAW? Bagaimana itu fillet? Apa itu lack of fusion? Bagimana Gap? Bagaimana underfill? Apa itu toe? Apa itu leg length? Soal-soal itu memang seputaran weldingan, saya dituntut untuk menguraikan lebih Panjang perihal itu semua; lebih melihat itu semua sebagai bagian-bagian detail untuk ditanam dalam pikir. Hari-hari menjadi mantab dan padat, sibuk dan asik; seru dan lelah. Semoga hari esok menjadi lebih baik.

2023

 

 

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kronologi EI & Piping Support

Solid Marker Yellow dan Karakter Orang2nya

Preparation For Test Welder Qualified ke Luar Negeri