Masih Perihal Welding school dan mulai dimensi control

Pagi-pagi saya ingin pergi ke welding schooll, inspeksi weldingan yang kemarin test. Membuat keputusan lulus atau tidak. Acc or reject: acc or fail. Saya sudah memeriksa visual kemarin, mengindentifikasi secara general, hanya saja belum memutuskan untuk menuliskan: Acc atau Fail. Dalam pikiran saya, sebentar saja, sebab menuliskan saja, dan ada sebagian yang perlu ukur dengan welding gauge, saya lalu kembali ke Pak Ali membantu untuk visual welding atau fit-up inspection. Tapi rencana itu, fail.

Hari jumat pagi, jadwalnya, meeting dengan sub-contracktor. Meeting perihal Quality Control. Dua sub contractor sudah datang ke container, tinggal dua lagi yang belum datang. Begitu juga dengan PIC Quality Control datang, juga Ass Manager Quality datang. Ramai.

Hal yang dibicarakan banyak, saya akan mencacat sependek ingatan saya:

Pertama, perihal matrix box penting dituliskan, penting di kontrol. Dengan penulisan matrix box akan mudah terbaca oleh semuanya, khususnya identifikasi welder; ini perlu karena darinya kita mengetahui kualitas dari welder ID: saya belum tahu bagaimana ukuran kelanjutan welder dengan total defect yang terjadi. Berapa meterkah? Seminggukah atau dua minggu? Atau sebulan sekali? Ataukah bisa jadi langsung sikenai pinalti. Totalitas defect didapat dari accumulasi defect yang diterima: defect visual, defect NDT. 

Kedua, pembicaraan perihal kelengkapan data input (ini sebenarnya kritik pada sistem yang terjadi di perusahaan; kritik ke arah penyempurna sistem, ini terjadi karena adanya perbandingan dari perusahaan dengan sistem yang lebih baik. Sistem data, data yang terkoneksi; ini bisa jadi data khusus Dept Quality, dengan data itu akan lebih mudah untuk mencari berkasnya). 

Selanjutnya, perihal tentang quality yang buruk terjadi di lapangan; ada kata kunci yang menarik, yakni "hakim". Kalau kita disidang, maka kita memberikan beberapa alasan demi alasan: kita sudah ikuti WPS, kita sudah ikuti standar, tapi apa masalah utamanya: welder. Saya pikir, itulah yang tertangkap oleh saya kendalanya... maka perlu diperbaiki perihal welder, perlu ditraning ulang. 

Sejak itulah, saya terpikir perihal pekerjaan saya beberapa hari ini, sebagai penjaga welder test. Welder sebelum masuk bekerja; itulah yang saya lakukan, itulah yang saya kerjakan. Awalnya, saya masih mengikuti petunjuk Pak Tarom, sesuatu yang itu di ACC kan... tapi ya itu, saya tidak membuat keputusan untuk reject, terlebih lagi, sebelum itu, ada seorang welding inspector yang datang, ia memberi ACC ketiga welder yang diikutkan; yang itu untuk Project yang lain. Melihat kebiasaan itu, saya ikuti kebiasaan, selain itu karena ini permulaan; pemulaan saya bakal menjumpai Class. Kemudian, sore hari Class datang, dan inspeksi mana-mana yang di ACC kan; lalu orang Class mulai bekerja dan merejectkan banyak orang, sedikit saja yang lulus. Terngiang sekali itu bagi saya. Saya pun akan seperti itu. Saya akan menjadi seperti itu. 

Yang tidak layak, reject. 

Kemdian, paginya, saya datang kembali ke welding schooll, memeriksa weldingan yang kemarin sore, dilanjutkan siap² mengawasi orang-orang test.. saya data mereka. saya foto-foto mereka. Saya liatin apa yang mereka kerjakan. Saya juga memeriksa visual. Saya teringat pemeriksaan point zero. Apakah saya perlu memeriksa dengan cara seperti itu? Secara teoritis saya menerapkan itu, secara realistis, yang memberi tanda mana-mana yang defecf.. lalu menuliskan: reject. 

Saya merasa harus memeriksa perkembangan project no.4. Saya perlu cek lokasi. Saya mulai ikut proses release Node No.4 bersama owner. Owner memeriksa node mulai dari weldingan, dimentional, hingga material yang berlubang pun perlu di weld, selanjutnya sesuatu yang nampak perlu di grinda, bahkan setiap bagian sisi luar dalamnya perlu digrinda. Juga mengecek, apakah itu perlu di NDT ulang? Atau tidak. 

Sial. Pada node itu, saya belum pernah menjalani test fit-up, saya belum pernah ikut bagaimana fit-up Node itu. Tapi its okelah, sejauh mengikuti Pak Ali, para production itu, kalau soal fit-up, ia teliti (sekali pun sebenarnya mereka teliti, namun tetap saja terkadang ada kurangnya. Nanti saya ikuti guide prosedure), sehingga kehadiran QC sekedarnya saja (arti sekedarnya itu bisa jadi karena QC bisa melihat secara visual gap saja; karena saking biasanya, ia bisa langsung meng ACC kan fit-up itu) menjadi penanggung jawab terhadap apa yang di fit-up. Fit-up, oke.

Setelah release, tentu saja saya masih bersama Pak Ali, kebetulan ada teman satu lagi, Aldi, nah menjelang asar, dikatakan habis salat asar akan ada test Dimensi plate. Ukuran plate.

"Pak, nanti release Dimensi..." kata Salam.

Salam ini QC subcont. Ia care dan saya suka gayanya. 

"Nanti sama Pak Taufik," kata Pak Ali.

"Oke."

Solat asar di musola. Tempat kerja baru ini banyak musolanya. Seakan-akan dibanyak tempat terdapat musola. Pola kerjanya berbeda jauh dengan pola kerjaku sebelumnya. Saya merasa tidak diburu-buru sekali. Sesuatu yang "urgent" disini terkesan tidak ditempat² saya bekerja dulu. Maklum, pekerjaan di sini managementnya profesional, walau pun masih ada yang lebih profesional, tentu saja dibanding tempat kerja saya sebelumnya. Sekali pun banyak musola, orang yang gak solat, tetap saja tidak solat. Kami, dan tim saya, selalu solat, bagi yang muslim, atau yang saya taulah--lebih tepatnya, itu ukurannya sendiri. Yang pasti saya solat. Yang lain hak mereka.

Setelah salat, saya cet instruktur saya, kira2 begini:

"Pak, secara praktis cek dimensional bagaimana?" Tanyaku. Saya sebenarnya biasa untuk pengukuran matrial. Namun ingin mengonfirmasi saja. Terbesit tidak tahu, bukan terbesit ragu. Tidak tau dan ragu adalah 2 hal yang berbeda.

"Liat drawing, liat reportnya. Pak Salam nanti bawa," balasnya.

Saya tiba dilokasi, pengukuran sudah dijalankan, ada Bang Waldi. Ia adalah tim kami, seragamnya sama dengan seragam kami. Ia sudah membuat sign pada laporannya. Oke. Kami meneruskan. Oke saya mengerti alurnya. Liat drawing, cek angka2nya. Sesuai, tulislah: "angkat"

Saya lupa beberapa pcs, namun saya tau prosesnya. Oke saya kembali ke tugas semula, welding schooll: saya cek mereka yang welding, saya foto mereka, saya liat hasilnya² berulang-ulang. Saya terpikir, besok saya ambil keputusan. Bisa saja sore saya ambil keputusan, tapi tidak. Mereka baru saja test dan lelah, tidak harus langsung saja saya tuliskan: reject.  Besok pagi saya tuliskan itu: Fail. 

Saya adalah gerbang kesekian agar mereka diterima bekerja di perusahaan. Seorang welder, sebelum benar² masuk kerja, kalau perusahaan mengingkan test dulu, maka mereka harus test (ada perusahaan yang kadang tanpa test, bisa dikit diterima). Setelah test welder, setelah dapat ACC dari saya, tunggu apakah dapat ACC dari class, setelah itu: diperiksa lagi oleh orang menggunakan alat tes (contoh seperti rotgenlah), apakah dalamnya dalam bagus, setelah hasilnya, oke. Besok mereka inductioan dan jadilah mereka bekerja.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kronologi EI & Piping Support

Solid Marker Yellow dan Karakter Orang2nya

Preparation For Test Welder Qualified ke Luar Negeri