Introduction Welding Process


Ia sudah lama kerja di pabrik dengan upah yang standar diberikan ketetapan daerah, lalu ketika kerabatnya ada acara, tanpa sengaja ia duduk berdampingan dengan supervisor produksi fabrikasi, yang bekerja di tepi pantai, mengenakan wearpack dan berbau besi, baja, dan cipratan elektroda. Sikapnya yang ramah, seketika disukai oleh supervisor itu, lalu ditanyakan tentang pekerjaannya. Ia menjawab jujur dan apa adanya, dan kemudian berbalik tanya, lalu supervisor itu banyak cerita, cerita yang terstruktur, komplit, dan menyenangkan.

Seketika ia tertarik pada pekerjaan fabrikasi, karena ada pembicaraan upah dan peluang karir yang bertingkat kalo mau ke luar negeri. Supervisor itu handal bercerita, bahkan perihal proyek-proyek yang sampai ke luar negeri, orang indonesia banyak juga yang bekerja, tentu kerja secara profesional. Syarat profesional dibutuhkan keahlian. Si pekerja pabrik itu tertarik, semangat mendengarkan dan mengancang-ancang mempersiapkan diri.

Dua bulan lagi, proyect besar datang, kau bisa mempersiapkan mulai dari sekarang, aku tertarik padamu. Tertarik kepribadianmu. Kata supervisor itu. Sekelibat si pekerja Pabrik itu bersemangat untuk mempelajari teknik mengelas.

Pada obrolan itu, supervisor itu menguraikan perihal dunia fabrikasi produksi, khususnya spesifikasi di bidangnya, yakni memang supervisor produksi, yang mengepalai tentang produksi, tentu pengalamannya banyak dan cara pikirnya sudah berpengalaman di dunia fabrikasi. Tapi obrolan itu terjadi begitu saja, si pekerja pabrik mendatangi supervisor dengan anggapan bahwa ia manusia, sedang menghadiri undangan dari kerabatnya, sesimpel itu.

Tanpa di duga, si pekerja pabrik mendapatkan semacam seminar gratis perihal fabrikasi. Ia dikatakan point ringkas dari pekerjaan fabrikasi, yakni keprofesional dalam bekerja, layaknya di perusahanmu itu, begitu juga di fabrikasi, hanya saja, orang-orang mempunyai spesifikasi tersendiri. Kalau tugasmu seorang welder, itu yang direkomendasikan, maka spesifikasimu adalah welder. Just welder. Welder yang apa? tentu welder yang sesuai dengan ilmu-yang-kamu punya. Cara mendapatkan ilmu? tentu perlu ambil sertifikasi. Ambil sertifikasi tentu perlu biaya. Tak ada yang terlambat untuk belajar. Belajar sampai hayat dipendam.

Maka dengan semangat, si pekerja pabrik itu menanamkan diri akan mengambil sertifikasi. Beruntunglah ia sudah diberi gambaran oleh suprvisor yang bak malaikat itu, supervisor itu laksana penasihat ulung untuk memperbaiki ekonominya. Ia semangat mendengarkan kuliah gratis supervisor. Kuliah tentang prolog perihal las-lasan.

Secara umum, las-lasan dibagi menjadi dua. yakni las karbon dan las listik. Las karbon itu yang ada tabungnya dan las listrik itu yang sekarang, hampir semua, orang-orang pekerja menggunakan las listik. Nanti saat kamu belajar ambil sertifikasi akan disampaikan keuntungan dan kekurangan dari las listik, namun yang perlu diketahui dulu, bahwa seorang welder (pengelas) itu harus bisa mengelas, itu syarat utama. Dan mengelas itu ada caranya.


Supervisor itu menyontohkan pola pengelasan dengan mengambarkan pada udara. kira-kira itulah cara mengelasnya. dan seorang welder, harus latihan terus menerus untuk mendapatkan hasil yang maksimal terhadap apa yang dikerjakannya itu.


Kalao kamu ambil sertifikasi tidak akan langsung semua model pengelasan akan dipelajari, melainkan spesifik saja yang akan diajari, juga tipe pengelasannya. Tidak akan banyak, itu yang penting, sedikit, tapi itulah kemampuanmu. 


Pengetahuan trainingmu itulah yang menjadi pedoman kau mengerjakan pengelasannya. Kalau ingin menjajal yang lain lagi, maka perlu ditambah sertifikasi trainingmu, dan tentu saja ditambah modal dan waktumu untuk belajar. Dalam dunia, kita, kau tertarik bukan, ilmu itu sangat diperlukan. Ilmu yang apa? Ilmu yang tersertifikasi. Seminimalnya, saat memasuki dunia-sertifikasi, kau akan belajar lagi, menyalin lagi, menulis lagi, tentang apa yang sedang kau pelajari.


Posisi welding

Kau akan mempelajari satu posisi dan itu akan terus kau kerjakan begitu. Posisi yang kamu pelajari. Sebab dalam perusahan fabrikasi, pola  pekerjaan itu terstruktrur dan terdata. Apakah kamu masuk kualifikasi atau tidak? Kalao tidak, tentu tidak akan dapat mengerjakan. Siapa yang menentukan itu, tentu orang yang berhak menentukan, bukan supervisor, supervisor itu merekomendasikan, pelaksanaanya orang itu harus memasuki tahap uji test perihal welding. Kenapa perlu begitu? Karena ketidaklolosanmu dari uji-test welding akan berpengaruh pada material yang akan di welding. Tujuannya, mengurungi resiko kekurangan kerusakan material, dari itulah dibutuhkan keahlian welder yang melakukan proses welding.

Sebab setiap joint yang kamu kerjakan, dalam fabrikasi ini, akan terdata, jika tingkat cacat weldingmu banyak, sudah pasti kau akan dipanggil untuk ditest ulang. Kali ini yang menyaksikan bisa lebih banyak, karena orang-orang sudah meragukan kemampuanmu. Itulah mengapa adanya berbagai posisi pengelasan dan semua tercatat dengan rapi. Kalao kau setelah diuji sangat tidak layak, besar kemungkinan kau akan diturunkan jabatan, bisa jadi menjadi support welder, atau bisa juga menjadi fitter, atau bisa juga dibuang, dan tentu saja akan disidang di ruang HRD dulu. Apa hubungannya dengan HRD? Terkait upahmu.

Itulah mengapa, seorang welder dibutuhkan kualifikasinya. Tujuan kualifikasi untuk memastikan bahwa dirimu layak untuk mengerjakan. Ketika training, kau akan melakukan uji-coba yang banyak, dan untuk melatihnya (menjadikan kebiasaan gerak tanganmu), kau perlu mencoba menggunakan pena atau pensil agar jarimu lemas ketika menggunakan alatnya secara langsung. 

Semangatlah dalam latihan, 1 bulan lagi  kita bertemu, tunjukan perkembangan dan keseriusanmu padaku.


122021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kronologi EI & Piping Support

Solid Marker Yellow dan Karakter Orang2nya

Preparation For Test Welder Qualified ke Luar Negeri